Kualitas Ketakwaan Ditinjau Dari Pemilihan Tempat Duduk Saat Pengajian

Dari Abu Waqid Al Laitsi, bahwa Rasulullah SAW ketika sedang duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi SAW dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi SAW. Dimana satu diantaranya nampak berbahagia bermajelis bersama Nabi SAW, sedang yang kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga berbalik pergi.

Setelah Rasulullah s.a.w selesai bermajelis, Beliau bersabda:

أَلَا أُخْبِرُكُمْ عَنْ النَّفَرِ الثَّلَاثَةِ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ وَأَمَّا الْآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ وَأَمَّا الْآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ

“Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi?” Adapun seorang diantara mereka, dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya”. HR. Al-Bukhari: 64

KETERANGAN:

Hadits tersebut mengandung pesan adab terhadap majelis ilmu (acara pengajian). Ditinjau dari cara memilih posisi atau lebih tepat lokasi tempat duduk waktu acara pengajian. Di mana Rasulullah SAW menjelaskan ada tiga jenis sikap manusia terhadap majelis ilmu, dan hal tesebut menggambarkan kualitas kefahaman mereka.photo (2)

1) Orang yg dalam majelis ilmu (pengajian) sengaja duduk di tempat terdepan maka dia adalah orang yang mendapat perlindungan dari Allah.

Jadi tempat yang terdepan dalam majelis ilmu adalah tempat yang penuh barokah dan rahmat. Selain akan memperoleh ilmu, dia juga akan memperoleh perlindungan dari Allah Azza wa Jalla.

2) Seseorang yang dalam pengajian sengaja duduk di belakang, dia dianggap malu terhadap rahmatnya Allah.

Malu terhdp perbuatan maksiat adalah perkara yang wajib. Sebab seseorang yang tidak malu terhadap perbuatan maksiat maka dia lebih hina dari binatang yang paling hina. Namun malu terhadap kebaikan adalah perkara yang makruh (dibenci).

Imam al-Bukhari juga meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda; Ada dua golongan yg tidak akan mampu menguasai ilmu, yaitu: orang yg sombong (bodo sombong) dan orang yang pemalu.

3) Orang yang sengaja menjauh dari majelis ilmu, sengaja pergi keluar dari majelis ilmu dengan tanpa alasan yang munasabah maka dia digolongkan sebagai orang yang berpaling dari Allah.

Dengan kata lain dia adalah orang yang sombong, perbuatannya itu membuat dia terhalang dari rahmat Allah.

HIKMAH KEKINIAN

Hadits di atas sangat relevan dengan situasi sepanjang zaman termasuk saat ini. Dalam realita kekinian, kita dapat melihat bagamana sikap kits pada saat mengaji. Ada yang acuh tak acuh, membuat acara sendiri di luar masjid (kalau kebetulan pengajiannya di masjid) ketika pengajian sedang berlangsung.

Ada yang sengaja duduk di belakang di pojokan, sengaja mencari “rest area” yang kondusif .

Lebih parah lagi adalah yang sengaja tidak mendatangi pengajian tanpa alasan yang dibenarkan.

Mereka ini adalah orang-orang celaka sebagamana maksud firman Allah:
وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى
Dan orang-orang yang celaka akan menjauh (dari peringatan itu). QS. Al-A’la: 12

Namun juga ada yang mencari bahkan berlomba-lomba menduduki tempat duduk yang terdepan.

Termasuk jenis manakah kita?

semoga kita tambah faham….

Bolehkah Berdoa Di Media Sosial

Kekuatan terpenting dari media sosial adalah mendekatkan penggunanya satu sama lain. Mereka bisa saling memberi kabar, memberitahu lokasi, bahkan berkeluh kesah, alias curahan hati atawa curhat.

Belakangan tak hanya curhat itu tadi, atau mengabarkan kepada kawan sedang melakukan kegiatan tertentu. Media sosial menjadi ajang untuk memampang doa. Jadi jangan heran, bila pengguna Facebook, Twitter, Path, dan lain-lain kerap mendapati tulisa: “Ya Allah, semoga aku bisa lulus ujian dengan mudah.” Lalu berhamburanlah para kolega menulis: “Amiiin!” dan tentu saja, orang lain atau orang asing bisa dengan usil menyapa, “Sedang ujian ya Kak.”

Islam tak melarang seseorang menambah kawan, namun prinsip kehati-hatian harus tetap dikedepankan. Agar tak terjerumus salah memilih kawan. Dan tentu saja doa yang di-posting juga tak salah, namun belum tentu menjadi sebuah nilai ibadah.

Menurut ulama LDII K.H. Aceng Karimullah, Doa adalah otaknya ibadah, intisarinya ibadah, dan mempunyai kedudukan yang penting dalam sebuah ibadah, “Doa pada dasarnya baik. Ketika doa dituliskan dalam sebuah forum dengan tulus dan berharap orang lain ikut mendoakan dan meng-amini-nya,” ujar K.H. Aceng Karimullah.

Dalamnya samudera bisa diukur, dalamnya hati hanya Allah SWT yang mengetahui. Bila hati itu berniat karena Allah SWT semata, bukan memampang doa sebagai ajang untuk mencari eksistensi diri. Hal tersebut menjadi tak bernilai ibadah. Sebaliknya, bila dilakukan hanya untuk menghilangkan rasa sepi, atau menimbulkan riya (agar dilihat orang lain) atau sum’ah (agar didengar), justru tak mendatangkan pahala sama sekali, bahkan dosa.

“Sesungguhnya doa seharusnya hanya kepada Allah SWT  dan langsung dipanjatkan kepada-Nya,” ujar K.H. Aceng Karimullah . Dilakukan di waktu yang mustajab seperti  sepertiga malam yang akhir , setelah salat lima waktu, dalam perjalanan, dan lain-lain. Doa juga akan lebih baik jika dilakukan dengan cara yang baik seperti dengan mengangkat tangan setinggi-tingginya,  atau berdoa sambil bersujud kepada Allah SWT karena posisi yang paling dekat dengan Allah SWT, adalah saat hamba bersujud.

Menurut K.H. Aceng Karimullah berdoa sebaiknya tidak terburu-buru, sebelum bedoa mulailah dengan mengagungkan nama Allah SWT dilanjutkan dengan sholawat nabi dan setelah itu barulah kita mengungkapkan doa-doa yang diinginkan. “ Doa akan lebih utama lagi jika diucapkan dengan keyakinan hati sehingga tidak menjadi doa yang kosong,” tambah K.H. Aceng Karimullah. (Latifa/Lines)

Sumber www.ldii.or.id

Tali dan Sapi

Beberapa penasehat agama sering memberikan gambaran bahwa gambaran orang yang mencari akhirat itu seperti membeli sapi yang artinya pasti mendapatkan talinya dan gambarannya orang yang mencari dunia adalah sebagaimana orang yang membeli tali yang sudah pasti tidak mendapatkan sapinya.

Bukan merupakan rahasia lagi jika Australia merupakan negara favorit yang banyak dituju orang orang-orang pencari suaka maupun orang-orang yang datang ke Australia baik itu dengan visa kerja, pelajar maupun turis yang di kemudian  hari berkeinginan untuk menjadi Permanent resident atau Citizen di Australia.

Namun ironis bahwa banyak pendatang dari negara muslim yang datang ke Australia pada akhirnya melupakan kewajiban mereka untuk beribadah untuk mempersiapkan diri mereka pada saat yaumul hisab nanti. Kemajuan teknologi, memadainya sarana dan prasana serta tingginya salary di Australia membuat beberapa orang lalai dalam beribadah dan lupa bahwa semua itu tidak kekal dan akan sirna ketika ajal menjemput.

Mencari akhirat adalah hal yang seyogyanya dilakukan bagi seluruh orang muslim. Dengan mencari akhirat, Alloh SWT akan mencukupi kebutuhannya sampai dia menemui ajalnya. Masih ingat dengan sahabat Abu Hurairoh RA beliau adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang mempunyai paling banyak Al Hadits, beliau selalu mengikuti Nabi untuk bisa mendapatkan ilmu sehingga beliau tidak sempat untuk bekerja seperti sahabat-sahabat lainnya.  Yang pada akhirnya Nabi Muhammad SAW memberikan sebutir kurma yang jika Abu Hurairoh mengulumnya maka Alloh SWT akan memberikan rasa kenyang dan energi untuk beraktifitas pada dirinya. Inilah bukti bahwa Alloh SWT akan selalu menolong hamba yang berusaha mencari ilmu dan beribadah padaNya.

Tidak peduli orang itu berada di Australia, Indonesia, Arab Saudi, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea bahkan di benua Eropa maupun Amerika, menetapi ibadah merupakan hal yang mutlak yang harus dikerjakan oleh seluruh orang muslim. Karena jika kita yakin akan adanya akhirat maka kita kita harus pula meyakini bahwa untuk mendapat jaminan dari Alloh SWT kita harus mengikuti ajarannya dan untuk mengikuti ajarannya maka kita harus melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya yang tertera dalam Al Quran dan Al Hadits.

Dan untuk mengetahui perintah dan larangannya serta bukti-bukti keesaan Alloh SWT maka kita harus mengaji Al Quran dan Al Hadits secara konsekuen agar kita bisa mengamalkannya untuk bisa mendapat jaminan dari Alloh SWT di akhirat nanti.

So..  mana yang akan kita pilih sapi atau tali…..